Sabtu, 23 Januari 2010

Anak Lebih Suka Meniru Saudaranya Ketimbang Contoh Orangtua

Jakarta, Tugas orangtua memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Tapi studi menunjukkan anak-anak belajar banyak dari saudara kandungnya baik yang baik atau yang jelek dibandingkan dari orangtua.

Akademisi mengungkapkan orangtua adalah teladan yang baik bagi anak dalam hal pengaturan formal seperti bagaimana cara makan yang baik di meja, cara memegang sendok atau berperilaku di dalam suatu ruangan.

Tapi anak-anak belajar segala hal yang bersifat informal atau pergaulan seperti bagaimana bersikap 'cool' di depan teman-temannya, bagaimana harus berteman dengan sebayanya dari saudara kandung.

"Apa yang kita pelajari dari orangtua mungkin sedikit tumpang tindih dengan apa yang dipelajari dari saudara-saudaranya. Saudara kandung bisa menjadi model yang lebih baik dalam hal perilaku informal yang sebagian besar adalah pengalaman sehari-hari," ujar Laurie Kramer, profesor di bidang pendidikan keluarga dari Illinois University, seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (23/1/2010).

Prof Kramer menambahkan hubungan antara saudara kandung dan lingkungan sosial bisa sangat dekat, sehingga terkadang anak-anak merasa menemukan jati dirinya dalam lingkungan tersebut.

"Memahami pengaruh dari saudara kandung bisa membantu orangtua merancang strategi yang efektif dalam melindungi perilaku anak-anaknya, selain tetap melindungi anak dari pergaulan yang buruk" ujar Prof Kramer.

Para ahli menuturkan hal terpenting yang bisa dilakukan orangtua adalah membantu membina hubungan yang lebih baik antara saudara kandung sejak keduanya masih anak-anak. Ini karena ada penelitian lain yang menunjukkan jika anak memulai hubungan dengan saudara kandung secara positif, maka seterusnya ada kemungkinan akan terus positif.

Untuk menghindari pengaruh yang buruk antara saudara kandung, orangtua harus mendorong anak-anaknya agar bisa membangun hubungan yang saling menghormati, kerjasama dan belajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth

Rabu, 13 Januari 2010

Anak Hobi Berteriak

Jakarta, Percaya atau tidak balita saat ini seringkali berteriak jika berbicara dengan orang lain, hal ini tentu saja membuat orangtua menjadi jengkel dan kesal. Apa yang membuat si kecil suka sekali berteriak?

Anak kecil suka sekali menjajal suatu hal yang baru termasuk dengan kekuatan suaranya, seperti dapat menggema jika berteriak di ruangan besar yang terbuka atau seberapa keras suaranya bisa terdengar. Alasan lain anak kecil suka berteriak adalah untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya atau barang yang diinginkannya.

"Jika perilaku ini didiamkan saja, maka balita akan selalu berpikir bahwa dirinya bisa mendapatkan perhatian lebih banyak jika berteriak di depan umum," ujar Roni Leiderman dari Family Center di Nova Southeastern University in Fort Lauderdale, Florida, seperti dikutip dari Babycenter, Selasa (12/1/2010).

Memberitahu anak dengan cara berteriak juga tidak akan memberikan hasil apapun, karena anak semakin menjadi-jadi dan bisa berteriak lebih kencang lagi.

Cara terbaik adalah dengan menghindari situasi yang bisa memicu anak untuk berteriak. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk menghadapi anak yang suka berteriak, yaitu:

1. Buat anak merasa nyaman.
Orangtua harus memastikan bahwa anaknya sudah cukup istirahat dan makan sesuai dengan porsinya dalam hal ini anak sudah kenyang. Karena sama seperti orang dewasa, jika sudah merasa lelah dan lapar anak akan semakin mencari cara untuk mendapatkan perhatian orangtuanya.

2. Memberikan pengertian secara baik-baik.
Memarahi anak yang suka berteriak tidak akan memberikan efek apapun, karena biasanya anak akan kembali membalas dengan suara yang lebih tinggi. Orangtua sebaiknya merendahkan suara dan tetap tenang sambil berkata, "Ibu tidak tahan dengan suara teriak, sayang. Ini bisa membuat kepala ibu jadi sakit".

3. Memahami perasaannya.
Kebanyakan anak-anak berteriak karena ingin diperhatikan, tanyakan padanya apakah ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman atau bosan. Dengan berusaha memahami perasaannya, si kecil menjadi tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya pada sang ibu.

4. Jangan cepat menyerah dengan perilakunya.

Anak-anak berpikir akan mendapatkan apapun yang diinginkannya jika dirinya meminta dengan cara berteriak, jadi orangtua jangan memperkuat perilaku ini dengan memberikan apa yang diinginkannya ketika ia berteriak. Sebaliknya orangtua dengan tenang harus menjelaskan misalnya, "Ibu tahu kamu mau kue, tapi kita harus menyelesaikan tugas ini dulu. Setelah itu ibu akan memberikan kamu kue."

5. Memberitahu cara berbicara yang benar.

Orangtua bisa mengajarkan dan memberi contoh pada anaknya bagaimana bicara yang benar sehingga orang mau mendengarkan apa perkataannya. Selain itu beri pengertian pada anak bahwa berteriak tidak akan ada gunanya dan membuatnya tidak dapat apa yang diinginkannya.

Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth