Senin, 15 November 2010

Polah si Kecil Cermin Kepribadiannya


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Setiap anak memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda, bahkan pada anak kembar sekalipun. Tapi ternyata kepribadian anak bisa diketahui melalui tingkah lakunya sehari-hari.

"Semua anak memiliki salah satu indera di tubuhnya yang lebih dominan, indera dominan ini yang akan menentukan bagaimana anak-anak berpengalaman dan berhubungan dengan dunia luar," ujar peneliti perilaku Priscilla Dunstan, seperti dikutip dari Parenting, Senin (8/11/2010).

Pengalaman dan cara anak berhubungan dengan dunia luar ini yang akan membentuk kepribadian si kecil. Berikut ini panduan bagi orangtua untuk mengerti dan mengetahui kepribadian anak, yaitu:

Jumat, 29 Oktober 2010

TV dan Komputer Pengaruhi Kejiwaan Anak

New York: Selama lebih dari dua jam sehari menonton televisi ataupun bermain "video game" di komputer dapat memberikan risiko yang lebih besar bagi anak-anak pada masalah kejiwaan apapun tingkat aktivitas mereka, demikian menurut sebuah penelitian di Inggris pada Selasa (12/10).

Para peneliti dari Universitas Bristol meneliti lebih dari 1.000 anak kecil yang berumur sepuluh hingga 11 tahun. Selama lebih dari tujuh hari, mereka mengisi kuesioner yang menanyakan intensitas waktu yang mereka habiskan sehari-hari di depan televisi atau komputer dan menjawab pertanyaan yang menjelaskan keadaan jiwa mereka, termasuk emosi, tingkah laku, dan masalah yang bersangkutan lainnya sementara sebuah pengukur tingkah laku (accelerometer) memantau aktivitas fisik mereka.

Jumlah selisih kerumitan kejiwaan secara signifikan sebanyak sekitar 60 persen lebih tinggi bagi anak kecil yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam selama satu hari di depan salah satu layar tersebut, dibandingkan dengan mereka yang menonton pada waktu yang lebih sedikit, kata laporan para peneliti di dalam jurnal Pediatrics.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Cara Merangsang Anak Belajar

Cara merangsang anak belajar

Kadang kita melihat, ada sebagian anak tampak senang sekali dengan situasi sekolahnya. Otak anak diibaratkan seperti spons yang dapat menyerap apa saja yang terjadi dengan lingkungannya. Anak-anak seperti ini biasanya menunjukkan prestasi belajar yang baiknantinya.
Namun sebagian lain dari anak-anak tersebut tampak menunjukkan sikap negatif terhadap sekolah. Mereka tampak enggan melakukan berbagai kegiatan. Atau malah suka menyendiri dari pada bergabung bersama teman-temannya. Jika demikian, bagaimana mengharapkan anak-anak ini berprestasi kelak?

Yang sering terjadi kemudian, orang tua lalu menyalahkan guru dan sekolah karena rendahnya motivasi anak-anak mereka untuk belajar. Padahal, menurut Dr. Sylvia Rimm dalam bukunya Smart Parenting , How to Raise a Happy Achieving Child , orang tua memiliki pengaruh positif yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya.
Berikut ini beberapa kiat/cara yang dapat diterapkan sejak dini untuk membantu meningkatkan keinginan si kecil belajar dan berprestasi di sekolahnya kelak. Tentu saja tidak dengan cara memaksa maupun menuntut, namun lebih pada berbagai arahan dan dukungan yang membuat anak merasa nyaman berkegiatan.

Senin, 11 Oktober 2010

Mengintip Kecerdasan Anak Sejak Dini


KOMPAS.com - Apakah si Upik yang sudah pandai bicara dan berhitung di usia 2 tahun bisa dibilang anak cerdas? Bagaimana dengan anak yang telah lancar membaca di usia 4 tahun, layakkah disebut cerdas?

Inteligensi yang tinggi seringkali dikaitkan dengan orang yang punya kemampuan secerdas Albert Einstein. Padahal, hingga saat ini belum ada ahli yang bisa merumuskan definisi kecerdasan dengan tepat.

Meski belum ada definisi pasti mengenai kecerdasan, menurut psikolog Roslina Verauli, M.Psi, secara umum kecerdasan merupakan kapasitas yang dimiliki individu sehingga memungkinkan ia untuk belajar, bernalar, dan memecahkan masalah serta melakukan tugas-tugas kognitif tingkat tinggi lainnya.

Apa saja tugas-tugas kognitif tingkat tinggi itu? "Kemampuan berbahasa, daya ingat yang baik, mampu memecahkan masalah, serta kemampuan berpikir kritis atau menalar," kata psikolog yang akrab disapa Vera ini.

Minggu, 10 Oktober 2010

Musik, Tari dan Drama Membantu Perkembangan Otak Anak


img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Selama ini orangtua hanya terpaku pada pendidikan formal seperti sekolah untuk kemampuan baca, tulis dan hitung (calistung) anak. Padahal pendidikan seni seperti menari, musik dan drama juga baik untuk perkembangan otak.

Ahli pendidikan menyarankan orangtua untuk mulai melibatkan anaknya dalam kegiatan seni sejak dini. Peneliti menuturkan ada alasan yang bisa dipercaya bahwa musik dapat merangsang otak bayi, tari membantu mengembangkan keterampilan motorik anak dan drama mengajarkan tentang emosi dan pemecahan masalah.

Sabtu, 25 September 2010

9 Kepribadian Balita

Irna Gustia - detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Mengasuh si kecil tidak akan pernah ada bosannya karena bayi atau balita sering menunjukkan beragam sifatnya. Perasaannya gampang berubah-ubah mulai dari pemalu, serius, cerita atau ingin tahu. Apa saja kepribadian balita?

Meski masih kecil menurut konsultan anak Su Laurent dalam bukunya 'Your Baby Month by Month' yang diterbitkan Esensi seperti dikutip Jumat (24/9/2010), balita sudah memiliki kepribadian.

Ia menyarankan sebaiknya orangtua tidak memberikan julukan seperti anak cerewet atau mengkelkan karena perilaku anak bisa berubah-ubah. Julukan yang melekat bisa mempengaruhi cara anak melihat dirinya tumbuh.

Berikut 9 kepribadian balita yang bisa berubah-ubah

Minggu, 22 Agustus 2010

Mengatasi Anak yang Suka Menggigit Orang Lain

img
Foto: thinkstock
Jakarta, Menggigit sebagai pelampiasan amarah merupakan hal yang wajar bagi anak usia 3 tahun ke bawah. Meskipun demikian, jangan biarkan si kecil membahayakan orang lain dengan gigitannya tersebut.

Gigitan anak kecil tidak akan terlalu berbahaya saat giginya baru mulai tumbuh, yakni sekitar usia 9 bulan. Namun jika tidak pernah ditegur lalu menjadi kebiasaan, di usia selanjutnya si kecil bisa melukai teman-temannya karena gigi susunya akan terus berkembang.

Seperti dikutip dari Parenting, Minggu (22/8/2010), cara menegur anak kecil yang suka melampiaskan kemarahan dengan cara menggigit adalah sebagai berikut.

Kamis, 19 Agustus 2010

Wifi Bahayakan Kesehatan Anak?

Kamis, 19 Agustus 2010 - 03:06 wib
Susetyo Dwi Prihadi - Okezone 
 
(foto: Ilustrasi)
OTTAWA - Sebuah penelitian terbaru menyebutkan bahwa jaringan internet nirkabel seperti wi-fi ternyata dapat membahayakan kesehatan anak-anak di Kanada.

Pasalnya sejumlah anak-anak di negara tersebut mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, mual, dan peningkatan denyut jantung saat berada di area wi-fi.

Dalam laporannya, para orangtua menyadari kalau anak-anak mereka mengalami gejala aneh selama setahun belakangan. Bahkan ada beberapa dari mereka yang mengalami penurunan nilai di sekolahnya.

Gejala ini sendiri terjadi karena intensitas gelombang mikro dalam satu ruang kelas di Sekolah County Simcoe ternyata empat kali lebih kuat dari menara ponsel. Demikian yang dilansir Telegraph, Rabu (18/8/2010).

Apa yang dialami oleh anak-anak tersebut sebetulnya pernah terjadi pada bulan Juli tahun lalu. Seorang DJ Inggris bernama Steve Miller menyatakan bahwa dia alergi terhadap jaringan nirkabel.

Alergi yang disebabkan oleh sensitivitas elektromagnetik yang diderita Miller membuatnya sakit kepala dan pusing saat berada dalam jangkauan sinyal Wi-Fi.

Kendati demikian, beberapa peneliti sedang melakukan investigasi lebih jauh, mengenai bahaya yang timbul oleh sinyal wifi ini. Pasalnya, tidak semua orang mengalami hal yang serupa, kecuali mereka mempunya alergi.
(srn)

Sabtu, 23 Januari 2010

Anak Lebih Suka Meniru Saudaranya Ketimbang Contoh Orangtua

Jakarta, Tugas orangtua memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Tapi studi menunjukkan anak-anak belajar banyak dari saudara kandungnya baik yang baik atau yang jelek dibandingkan dari orangtua.

Akademisi mengungkapkan orangtua adalah teladan yang baik bagi anak dalam hal pengaturan formal seperti bagaimana cara makan yang baik di meja, cara memegang sendok atau berperilaku di dalam suatu ruangan.

Tapi anak-anak belajar segala hal yang bersifat informal atau pergaulan seperti bagaimana bersikap 'cool' di depan teman-temannya, bagaimana harus berteman dengan sebayanya dari saudara kandung.

"Apa yang kita pelajari dari orangtua mungkin sedikit tumpang tindih dengan apa yang dipelajari dari saudara-saudaranya. Saudara kandung bisa menjadi model yang lebih baik dalam hal perilaku informal yang sebagian besar adalah pengalaman sehari-hari," ujar Laurie Kramer, profesor di bidang pendidikan keluarga dari Illinois University, seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (23/1/2010).

Prof Kramer menambahkan hubungan antara saudara kandung dan lingkungan sosial bisa sangat dekat, sehingga terkadang anak-anak merasa menemukan jati dirinya dalam lingkungan tersebut.

"Memahami pengaruh dari saudara kandung bisa membantu orangtua merancang strategi yang efektif dalam melindungi perilaku anak-anaknya, selain tetap melindungi anak dari pergaulan yang buruk" ujar Prof Kramer.

Para ahli menuturkan hal terpenting yang bisa dilakukan orangtua adalah membantu membina hubungan yang lebih baik antara saudara kandung sejak keduanya masih anak-anak. Ini karena ada penelitian lain yang menunjukkan jika anak memulai hubungan dengan saudara kandung secara positif, maka seterusnya ada kemungkinan akan terus positif.

Untuk menghindari pengaruh yang buruk antara saudara kandung, orangtua harus mendorong anak-anaknya agar bisa membangun hubungan yang saling menghormati, kerjasama dan belajar untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth

Rabu, 13 Januari 2010

Anak Hobi Berteriak

Jakarta, Percaya atau tidak balita saat ini seringkali berteriak jika berbicara dengan orang lain, hal ini tentu saja membuat orangtua menjadi jengkel dan kesal. Apa yang membuat si kecil suka sekali berteriak?

Anak kecil suka sekali menjajal suatu hal yang baru termasuk dengan kekuatan suaranya, seperti dapat menggema jika berteriak di ruangan besar yang terbuka atau seberapa keras suaranya bisa terdengar. Alasan lain anak kecil suka berteriak adalah untuk mendapatkan perhatian dari orangtuanya atau barang yang diinginkannya.

"Jika perilaku ini didiamkan saja, maka balita akan selalu berpikir bahwa dirinya bisa mendapatkan perhatian lebih banyak jika berteriak di depan umum," ujar Roni Leiderman dari Family Center di Nova Southeastern University in Fort Lauderdale, Florida, seperti dikutip dari Babycenter, Selasa (12/1/2010).

Memberitahu anak dengan cara berteriak juga tidak akan memberikan hasil apapun, karena anak semakin menjadi-jadi dan bisa berteriak lebih kencang lagi.

Cara terbaik adalah dengan menghindari situasi yang bisa memicu anak untuk berteriak. Berikut adalah beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk menghadapi anak yang suka berteriak, yaitu:

1. Buat anak merasa nyaman.
Orangtua harus memastikan bahwa anaknya sudah cukup istirahat dan makan sesuai dengan porsinya dalam hal ini anak sudah kenyang. Karena sama seperti orang dewasa, jika sudah merasa lelah dan lapar anak akan semakin mencari cara untuk mendapatkan perhatian orangtuanya.

2. Memberikan pengertian secara baik-baik.
Memarahi anak yang suka berteriak tidak akan memberikan efek apapun, karena biasanya anak akan kembali membalas dengan suara yang lebih tinggi. Orangtua sebaiknya merendahkan suara dan tetap tenang sambil berkata, "Ibu tidak tahan dengan suara teriak, sayang. Ini bisa membuat kepala ibu jadi sakit".

3. Memahami perasaannya.
Kebanyakan anak-anak berteriak karena ingin diperhatikan, tanyakan padanya apakah ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak nyaman atau bosan. Dengan berusaha memahami perasaannya, si kecil menjadi tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaannya pada sang ibu.

4. Jangan cepat menyerah dengan perilakunya.

Anak-anak berpikir akan mendapatkan apapun yang diinginkannya jika dirinya meminta dengan cara berteriak, jadi orangtua jangan memperkuat perilaku ini dengan memberikan apa yang diinginkannya ketika ia berteriak. Sebaliknya orangtua dengan tenang harus menjelaskan misalnya, "Ibu tahu kamu mau kue, tapi kita harus menyelesaikan tugas ini dulu. Setelah itu ibu akan memberikan kamu kue."

5. Memberitahu cara berbicara yang benar.

Orangtua bisa mengajarkan dan memberi contoh pada anaknya bagaimana bicara yang benar sehingga orang mau mendengarkan apa perkataannya. Selain itu beri pengertian pada anak bahwa berteriak tidak akan ada gunanya dan membuatnya tidak dapat apa yang diinginkannya.

Sumber : Vera Farah Bararah - detikHealth