Sabtu, 05 Desember 2009

Sekolah Khusus Laki-laki Tak Baik untuk Kesehatan Anak

London, Jika Anda sayang anak, sebaiknya jangan menyekolahkan anak laki-laki di sekolah khusus laki-laki. Peneliti melaporkan, mereka akan lebih sering sakit, depresi dan susah mencari jodoh saat dewasa kelak. Demi kesehatannya, pria akan lebih baik jika disekolahkan bersama wanita.

Pernahkah Anda mendengar bahwa pria yang dikelilingi lingkungan pria akan kesusahan dalam urusan wanita? Ternyata hal itu benar-benar terbukti.

Peneliti dari London University Institute of Education melakukan studi terhadap 17.000 orang dewasa dengan latar sekolah yang berbeda-beda, mulai dari homeschooling, sekolah khusus (pria/wanita) dan sekolah campur pria-wanita.

Secara garis besar, pria akan lebih baik jika disekolahkan dan belajar bersama wanita,sedangkan wanita tidak masalah jika disekolahkan di jenis sekolahan manapun.

"Lingkungan sekolah lebih banyak mempengaruhi kesehatan pria daripada wanita," ujar Profesor Diana Leonard seperti dilansir dari Independent, Rabu (2/12/2009).

Leonard mengatakan, pria yang dulunya disekolahkan di sekolah khusus pria cenderung lebih cepat bercerai di usia 40-an tahun. Mereka juga dilaporkan lebih sering sakit dan depresi di usia tersebut.

"Mungkin karena dampak dari buruknya hubungan percintaan mereka," ucap Leonard.

Dampak buruk lainnya adalah, mereka juga dilaporkan lebih banyak malas dan bosan belajar ketika berada di sekokah.

Ketika sudah dewasa, mereka lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah dan belanja kebutuhan sehari-hari dibanding istrinya.

Studi lainnya menyebutkan kemungkinan menjadi seorang homoseksual, meski persentasenya kecil sekali.

"Semua studi itu menunjukkan bahwa sekolah khusus laki-laki berdampak jelek terhadap akademis, sosialisasi dan kesehatan laki-laki itu sendiri. Laki-laki memang sebaiknya tidak diisolasi dari perempuan. Mereka akan lebih baik dan belajar untuk lebih baik ketika ada wanita," ujar Mary Bousted, sekretaris dari Association Teacher and Lecturers.

Sumber : Nurul Ulfah - detikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar